Minggu, 17 November 2013

KOROSI BESI


I.      Tujuan
·   Mengamati perubahan/perkaratan besi
·   Mengamati proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi

II.      Dasar Teori
            Besi merupakan logam yang menempati urutan kedua dari logam-logam yang umum terdapat pada kerak bumi. Besi cukup reaktif, besi bila dibiarkan di udara terbuka untuk beberapa lama mengalami perubahan warna yang lazim disebut perkaratan besi. Proses perubahan besi menjadi besi berkarat merupakan reaksi redoks yang melibatkan oksigen :

Korosi atau perkaratan logam merupakan proses oksidasi sebuah logam dengan udara atau elektrolit lainnya, dimana udara atau elektrolit akan mengami reduksi, sehingga proses korosi merupakan proses elektrokimia. Korosi dapat terjadi oleh air yang mengandung garam, karena logam akan bereaksi secara elektrokimia dalam larutan garam (elektrolit). Pada proses elektrokimianya akan terbentuk anoda dan katoda pada sebatang logam.Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat mempercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut.
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektrodalainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

III.      Alat dan Bahan
Alat :
    • Gelas piala 250 mL
    • Cawan petri
    • Paku beton ukuran sama besar
    • Stopwatch
Bahan:
  • Larutan NaCl 0,5 M
  • Agar-agar berwarna putih
  • Fenolftalein
  • K3(Fe(CN)6) 0,5 M
  • NaOH 0,5 M
  • HCl 0,5 M
  • Alumunium
·   Aquadest



IV.      Cara Kerja
 
















V.      Hasil Pengamatan
Tabel Perlakuan Terhadap Paku Beton Berukuran Sama
Waktu
Agar-agar
(kontrol)
Kontrol +Fenolftalein
 (PP)
Kontrol +
K3(Fe(CN)6)
0,5 M
Kontrol+
NaCl 0,5M
Kontrol +
NaOH 0,5 M
Kontrol + HCl
0,5 M
30 menit
§Paku belum korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
§Paku belum korosi
§Beberapa bagian agar-agar berubah berwarna pink  dan telah mengeras
§Paku sedikit korosi
§Beberapa bagian agar-agar berubah berwarna biru kehijauan  dan telah mengeras
§Paku belum korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
§Paku belum korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan belum mengeras
§Paku sangat sedikit korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
1 jam
§Paku belum korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
§Paku belum korosi
§Beberapa bagian agar-agar berubah berwarna pink  dan telah mengeras
§Permukaan paku sudah korosi
§Agar-agar berubah berwarna biru kehijauan  dan telah mengeras
§Paku belum korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
§Paku belum korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan belum mengeras
§Permukaan paku sedikit korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
2 jam
§Paku belum korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
§Paku sangat sedikit korosi
§Beberapa bagian agar-agar berubah berwarna pink  dan telah mengeras
§Paku sudah korosi seluruhnya
§Agar-agar berubah berwarna biru kehijauan  dan telah mengeras
§Paku sedikit korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
§Paku sedikit korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
§Paku sudah  korosi sebagian
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
24 jam
§Paku sangat sedikit korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
§Paku sedikit korosi
§Beberapa bagian agar-agar berubah warna putih  dan telah mengeras
§Paku sangat korosi seluruhnya
§Agar-agar berubah berwarna biru kehijauan  dan telah mengeras
§Paku sudah korosi
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
§Paku korosi sebagian
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras
§Paku sudah  korosi seluruhnya
§Warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras

Urutan terjadinya tingkat korosi pada paku beton dengan berbagai perlakuan :
Kontrol+K3(Fe(CN)6)>Kontrol+HCl>Kontrol+NaCl>Kontrol+NaOH>Kontrol+PP>Kontrol

VI.      Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan proses korosi besi dengan menggunakan paku beton dengan ukuran sama besar yang diberikan berbagai perlakuan dengan tujuan mengamati perubahan atau perkaratan besi serta mengamati proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi. Perlakuan yang diberikan terhadap paku beton ini diantaranya dicelupkan kedalam agar-agar sebagai kontrol, dicelupkan kedalam Fenolftalein, NaOH 0,5, NaCl 0,5 M, K3(Fe(CN)6) 0,5 M, dan HCl 0,5 M dengan pengamatan selama 30 menit, 1jam, 2 jam, dan 24 jam.
Terlebih dahulu, dipanaskan 210 mL aquadest dalam gelas piala 250 mL sampai mendidih. Lalu ditambahkan satu bungkus agar-agar putih ke dalamnya sambil diaduk hingga larut. Hal ini dikarenakan agar-agar tidak larut dalam air dingin. Agar-agar yang digunakan pada percobaan ini berfungsi sebagai medium indikator, selain itu juga digunakan untuk mengetahui tempat-tempat reaksi anoda dan katoda terjadi.
Setelah mendidih dituangkan agar-agar tersebut kedalam cawan petri yang telah diisi paku beton ukuran sama besar sebanyak 35 mL dimasing-masing cawan petri sampai paku tercelup seluruh permukaannya dengan 3,6 mL Fenolftalein, NaOH 0,5, NaCl 0,5 M, K3(Fe(CN)6) 0,5 M, dan HCl 0,5 dimasing-masing cawan petri. Pada cawan pertama yang berisi agar-agar digunakan sebagai kontrol dalam percobaan ini. Cawan kedua berisi kontrol yang ditambahkan fenolftalein. Cawan ketiga berisi kontrol yang ditambahkan K3(Fe(CN)6).  Cawan keempat berisi kontrol yang ditambahkan NaCl. Cawan kelima berisi kontrol yang ditambahkan NaOH. Cawan keenam berisi kontrol yang ditambahkan HCl.
Dalam kurun waktu pengamatan selama 30 menit, 1jam, 2 jam dan 24 jam pada cawan pertama yang hanya berisi agar-agar reaksi pengaratan besi berlangsung sangat lama. Korosi yang terjadi sangat sedikit dan warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras.  Pada cawan kedua yang berisi Kontrol +Fenolftalein (PP) paku sedikit korosi. Beberapa bagian agar-agar berubah warna merah muda. Warna merah muda pada agar-agar disebabkan adanya PP (fenolftalein) pada adonan agar-agar. Warna ini merupakan suatu indikator yang menunjukkan tempat terjadinya reaksi reduksi  dari H2O. H2O tereduksi menghasilkan ion OH- yang dapat berinteraksi dengan penofthalein membentuk warna merah muda. Warna merah tersebut menunjukkan  terjadinya  reduksi  pada  karat  dan menyebabkan sedikit terjadinya korosi. Pada cawan ketiga yang berisi Kontrol + K3(Fe(CN)6) 0,5 M mengalami korosi tercepat dibanding cawan yang lain. Pada agar-agar terbentuk warna biru kehijauan yang dominan dibagian diseluruh permukaan paku. Warna biru ini merupakan kompleks berwarna dari reaksi besi dengan [Fe(CN)6]4+. Reaksi ini menandakan bahwa diseluruh permukaan paku terjadi reaksi oksidasi dari Fe menjadi Fe3+. Ion Fe3+ membentuk kompleks pewarnaan biru prusia saat bereaksi dengan [Fe(CN)6]4+. Pada cawan keempat yang kontrol + NaCl. NaCl merupakan larutan elektrolit. Kontak dengan elektrolit dapat mempercepat korosi karena elektrolit memberikan pengaruh, seperti jembatan garam sehingga mobilitas elektron akan makin tinggi dan korosi akan berjalan lebih cepat. Pengaratan yang terbentuk disekitar paku berwarna kuning muda. Warna kuning muda ini menandakan bahwa besi yang terkandung dalam paku dioksidasi menjadi Fe3+. Dalam larutan, ion Fe3+ berwarna kuning muda. Pada cawan kelima berisi kontrol + NaOH mengalami korosi yang sedikit dan hanya terjadi di sebagian permukaan paku saja. Hal ini karena potensial korosi dalam suasana asam lebih besar dari suasana basa.

 Pada saat pengamatan dalam selang waktu 30 menit hingga 2 jam agar-agar yg berisi NaOH paling lama mengalami pengerasan. Hal ini dikarenakan konsentrasi NaOH yang digunakan tinggi yaitu 15%.
Pada cawan keenam yang berisi kontrol+HCl paku sudah mengalami korosi seluruhnya. Hal ini karena potensial korosi dalam suasana asam lebih besar dari suasana basa sehingga reaksi korosi akan lebih cepat berlangsung dalam lingkungan asam. Selain itu, pada reaksi suasana asam diperoleh hasil karat besi dan ion H+ yang mempercepat korosi selanjutnya.

VII.      Kesimpulan

·         Urutan terjadinya tingkat korosi pada paku beton dengan berbagai perlakuan :
Kontrol+K3(Fe(CN)6) > Kontrol+HCl > Kontrol+NaCl > Kontrol+NaOH > Kontrol+PP > Kontrol.
·         Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi diantaranya : tingkat keasaman, kontak dengan elektrolit, keadaan logam besi itu sendiri, keaktifan logam, dan kontak dengan logam lain.
·         Fungsi NaCl berfungsi sebagai jembatan garam.

VIII.      Daftar Pustaka
Chalid,Sri Yadial.2007.Penuntun Praktikum Kimia Anorganik.Jakarta : Fakultas Sains dan       
        Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT.
         Kalman Media Pustaka .
Trethewey, K. R., dan Camberlain, J., 1991, Korosi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
http://id.wikipedia.org diakses pada 23 Oktober 2011 pukul 20.56 WIB.
http://www.chem-is-try.org diakses pada 23 Oktober 2011 pukul 21.20 WIB.
http://www.scribd.com diakses pada 23 Oktober 2011 pukul 22.00 WIB.




IX.      Lampiran
 PERTANYAAN
1. Apa tanda-tanda telah terjadi proses redoks pada percobaan ini?
2. Tuliskan reaksi redoks yang terjadi!
3. Sebutkan reagen-reagen apa saja yang dapat meleburkan logam Fe?
4. Senyawa apa saja yang terdapat pada besi komersial?

Jawaban
1.      Besi berubah menjadi besi (III) oksida yaitu merupakan karat besi

2.      Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e (x2)
            O2(g) + 4H+(aq) + 4e → 2H2O(l)




            4 Fe2+(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)

3.      Reagen yang dapat meleburkan logam Fe adalah K3Fe(CN)6, HCl dan NaCl

4.      Besi komersial merupakan campuran besi dan karbon. tambahan unsur Karbon ( C ) sampai dengan 1.67% (maksimal).  Dimana kandungan karbon ( C ) mempengaruhi kekerasan baja, Disamping itu, baja mengandung unsure campuran lain yang disebut paduan, misalnya Mangan ( Mn ), Tembaga (Cu), Silikon ( Si ), Belerang ( S ), dan Posfor ( P )


Foto Praktikum










Kamis, 14 November 2013

Pembuatan Tembaga(II)Ammonium Berhidrat dan Tembaga (II) Tetraamin Sulfat Berhidrat

I.  TUJUAN
Mempelajari pembuatan tembaga(II) ammonium sulfat berhidrat dan tembaga (II) tetra amin   sulfat berhidrat.

II. DASAR TEORI
 
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+ mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan bagaimana Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu+ akan berada pada banyak jumlah (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu+). Disproporsionasi ini akan menjadi sempurna. Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap). Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap (Petrucci, 1987 : 350).
Tembaga (Cu) adalah logam merah muda yang lunak, dapat di tempa dan liat. Tembaga melebur pada 1038oC. Karena potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan Cu / Cu+), tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga (Svehla, 1990 : 229).
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air, hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena warna ion kompleks koordinasi enam [Cu(H2O)6]2+. Reaksi ion Cu+ dengan OH- pada berbagai konsentrasi bergantung pada metodenya. Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat (0.1-0,5 M) secara bertetes dengan kecepatan ~ 1 mL/menit menyebabkan terjadinya endapan gelatin biru muda dari garam tembaga (II) hidroksida sulfat, bukan endapan Cu(OH)2 (Sugiarto, 2003 : 569).
 Senyawa tembaga bersifat diamagnetik. Tembaga sulfit teroksidasi superficial dalam udara kadang menghasilkan lapisan warna hijau hidroksida karbonat dan hidrokso sulfat dan SO2. Di atmosfer tembaga mudah larut dalam asam nitrat dan asam sulfat dengan adanya oksigen. Kestabilan relatif kepro dan kopri diartikan dengan potensial Cu*= 0,52 V dan Cu+ = 0,153 V. Kestabilan relatif tergantung pada sulfat anion dan ligan yang cukup beragam dengan pelarut/sifat fisik atom tetangganya dalam kristal. Pelarutan tembaga hidroksida karbonat dan sebagainya dalam asam yang dihasilkan akuo hijau dituliskan [Cu(H2O)6]2+. Diantara berbagai kristal hidratnya adalah sulfat hidratnya adalah sulfat biru CuSO4.5H2O yang paling lazim. CuSO4.5H2O dapat dihidrasi menjadi zat anhidrat yang berwarna putih. Penambahan ligan menyebabkan kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan (Syukri, 1999 : 321).
  
III.  ALAT DAN BAHAN

       Alat:
     - Gelas beker 50 mL
     - Batang pengaduk
     - Kaca arloji
     - Corong
     - Kertas saring
     - Gelas ukur
     - Pipet tetes
     - Mortar dan alu


      Bahan:
         -  Aquadest
       -  CuSO4 serbuk
       -  NH4OH pekat
       -  Alcohol 96 %


 IV. CARA KERJA

V. HASIL PENGAMATAN
 
1.      Pembuatan tembaga (II) ammonium sulfat hidrat CuSO4 (NH4)2SO4.6H2O

No.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1
Ditimbang CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4
Massa CuSO4.5H2O = 5 gr ; Kristal berwarna biru muda
Massa (NH4)2SO4 = 5 gr ; Kristal berwarna hijau muda
2
Dilarutkan dalam 12 ml air panas
3
Kristal disaring, dikeringkan dan ditimbang
Warna Kristal yang terbentuk = biru
Massa Kristal yang terbentuk = 9,0087  gr
2.      Pembuatan tembaga (II) tetra amin sulfat hidrat Cu(NH3)4SO4.6H2O
No.
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
1
Ditimbang CuSO4.5H2O
Massa CuSO4.5H2O = 6,25 gr
2
Dilarutkan dalam H2O
Warna campuran = biru pekat
3
Ditambahkan NH4OH kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit alcohol
Warna larutan dan endapan = ungu
4
Endapan disaring, dicuci dengan campuran larutan NH4OH dan alcohol
Warna endapan yang disaring = ungu
5
Endapan yang telah dikering ditimbang
Massa endapan + kertas saring =  9,486 gr
VI. PERHITUNGAN

1. Pembuatan Tembaga (II) ammonium sulfat hidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Diketahui :
·         Massa kertas saring                  = 0,4372 gram
·         Massa kristal total              = 9,4459 gram
·         m CuSO4(NH4)2SO4.6H2O                    = massa kristal total – massa kertas saring
                                                          = 9,4459 gram – 0,4372 gram
                                                          = 9,0087 gram
·         Massa CuSO4.5H2O                   = Massa (NH4)2SO4 = 5 gram
·         BM CuSO4.5H2O                       249,54 g/mol
·         BM (NH4)2SO4                            = 132 g/mol
·         BM CuSO4(NH4)2SO4.6H2O= 399,54 g/mol
Ditanya  : % rendemen...?
Penyelesaian :
·         Mol CuSO4.5H2O           = massa CuSO4.5H2/BM CuSO4.5H2O
                                              = 5 gram/249,54 g mol-1  
                                              = 0,02 mol
·         Mol (NH4)2SO4massa (NH4)2SO/ BM (NH4)2SO4
                                                                                            = 5 gram/132 g mol-1  
                                              = 0,03 mol

CuSO4.5H2O   +    (NH4)2SO4          CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
                      m :     0,02 mol                0,03 mol                           -
                      r   :    0,02 mol                 0,02 mol                         0,02 mol
                      s   :        -                          0,01 mol                         0,02 mol

·        Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2
        = mol CuSO4(NH4)2SO4.6H2x BM CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
        = 0,02 mol x 399,54 g/mol
        = 7,99 gram


%Rendeman =massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2perc/massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2                         teori x 100%
                      = 9,0087 gram/7,99 gram x 100%
                      = 112,75 %

2. Pembuatan Tembaga (II) tetra amin sulfat hidrat Cu(NH3)4SO4.6H2O
Diketahui :
·         Massa CuSO4.5H2O                        = 6,25 gram
·        Massa Cu(NH3)4SO4.6H2O   = 9,4826 gram – massa kertas saring
                                                               = 9,486 gram – 0,3995 gram
                                                               = 9,0865 gram
·         BM CuSO4.5H2O                249,54 g/mol
·         BM Cu(NH3)4SO4.6H2O                  =  321,54 g/mol
·         V NH3 15 N                                    = 10 mL
Ditanya  : % rendemen...?
Penyelesaian  :
·         Mol CuSO4.5H2O       = massa CuSO4.5H2O/BM CuSO4.5H2O
                                                = 6,25 gram/249,54 gram  
                                                = 0,025 mol     
·         Mol NH3                    = N NHx V NH3
                                                = 15 x 10
                                                = 150 mmol = 0,15 mol

CuSO4.H2   +       4NH3              Cu(NH3)4SO4.6H2O
                        m :     0,025 mol            0,15 mol                         -
                  r   :    0,025 mol             0,1 mol                        0,025 mol
                  s  :         -                       0,05 mol                       0,025 mol

Massa Cu(NH3)4SO4.6H2O
= mol Cu(NH3)4SO4.6H2xBM Cu(NH3)4SO4.6H2O                                              
= 0,025 mol x 321,54 g/mol
= 8,038 gram

    % rendemen
      = CuSO4(NH4)2SO4.6H2perc / massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2teorix 100%
= 9,0865 gram / 8,038 gram x 100%
113,04 %




VII. PEMBAHASAN
 
         Praktikum kali ini, praktikan melakukan pecobaan mengenai Tembaga (II) Ammonium Berhidrat dan Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat. 
Percobaan pertama, yaitu membuat garam tembaga(II)amonium, praktikan menggunakan CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4 masing-masing sebanyak 5 gram kedaunay dilarutkan di dalam 12 ml aquadest panas. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat, dengan melarutkan kristal CuSO4.5H2O dan Kristal (NH4)2SO4 dalam aquadest menghasilkan larutan yang berwarna biru muda. Kemudian larutan tersebut didinginkan. Larutan yang sudah dingni tersebut di saring menggunakan kertas saring, kemudian endapan bresama dengan kertas saring ditimbang. Berdasarkan hasil percobaan, massa kristal yang didapat adalah  gram. 
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO→ CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Berdasarkan persamaan reaksi diatas, garam yang dihasilkan adalah garam rangkap yang berasal dari dua larutan garam, yaitu CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4.
Percobaan berikutnya adalah pembuatan garam tembaga (II) tetra amin sulfat berhidrat. Pembuatannya dilakukan dengan melarutkan Serbuk CuSO4.5H2O ke dalam Aquaeest dan larutan NH4OH. Penambahan aquadest ini dimaksudkan untuk mengencerkan NH4OH. Proses ini dilakukan dalam lemari asam, karena reaksi ini menghasilkan gas yang berbau menyengat yang berasal dari larutan amonia pekat yang digunakan.  Dari hasil campuran ini, terbentuk larutan yang berwarna biru tua. Selanjutnya ke dalam campuran biru tua tersebut ditambahkan alkohol 95 % sedikit demi sedikit, hal ini bertujuan untuk mengurangi energi solvasi ion-ion sehingga pembentukan kristal dapat terjadi lebih sempurna. Praktikan menggunakan alkohol, karena alkohol merupakan pelarut yang baik untuk senyawa ionik. Selanjutnya, campuran ini didiamkan. Endapan biru tua yang terbentuk kemudian disaring, lalu dicuci dengan campuran amonia pekat dan alkohol, kemudian dengan larutan alkohol. Pencucian dilakukan untuk memurnikan endapan kristal yang terbentuk dari pengotor-pengotor yang tidak diinginkan yang mungkin saja terdapat dalam garam yang terbentuk pada saat dilakukan penyaringan sebagian kristal tersebut ikut terbawa bersama filtrat. Berdasarkan hasil percobaan, massa endapan yang terbentuk sebesar gram, dengan persen hasil sebesar . Reaksi yang terjadi pada saat pembentukan garam kompleks ini adalah:
CuSO4.5H2O+ 4NH Cu(NH3)4SO4.5H2O

         VIII. KESIMPULAN
1.      Massa kristal CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah 5,12 gram.
2.      Persen rendemen CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah 64,08%.
3.      Massa kristal Cu(NH3)4SO4.6H2O adalah 4,08 gram, kristal berwarna biru tua.
4.      Persen rendeman Cu(NH3)4SO4.6H2O adalah 50,75%.

DAFTAR  PUSTAKA

Day & Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.Jakarta : Erlangga.
Muliyono. 2005. Kamus Kimia. Bandung : Bumi AksaraWilkinson.
Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta : PT. Gramedia.


PERTANYAAN

      1. Apa tujuan pencucian dengan menggunakan eter?
Pencucian endapan kristal pada pembuatan garam kompleks bertujuan untuk melarutkan alkohol maupun senyawa organik yang masih terkandung dalam kristal garam.


      2. Apa jenis garam yang dihasilkan dari percobaan ini ?
Garam yang dihasilkan dalam percobaan ini ada dua jenis :
Percobaan pertama megnhasilkan garam rangkap yaitu garam tembaga (II) ammonium sulfat hidrat
Percobaan kedua mnghasilkan garam kompleks yaitu garam tembaga (II) tetra amin sulfat berhidrat.
     3. Bedakan antara garam kompleks dengan garam sederhana?
Garam kompleks adalah garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks.
Garam sederhana  adalah garam yang terbentuk
dari hasil kristalisasi larutan dua campuran atau lebih.

    LAMPIRAN