TITIN ANGGRAINI
(1112096000043)
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(1112096000043)
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Hidrogen adalah senyawa yang paling
potensial untuk dijadikan sebagai bahan bakar karena tidak berkontribusi dalam
polusi atau emisi gas rumah kaca ke atmosfer pada saat pembakaran serta
memiliki kandungan energi tertinggi per satuan berat bahan bakar (142kJ/gram).
Dengan demikian perlu dilakukan eksplorasi produksi gas hidrogen, produksi gas
hidrogen dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya produksi gas hidrogen
dari limbah aluminium, produksi gas hidrogen melalui proses elektrolisis air
sebagai sumber energi dan produksi gas
hidrogen dari isolat bakteri aerob dan Anerob.
ABSTRACT
Hydrogen is the most potent compounds
to serve as a fuel because it does not contribute to pollution or greenhouse
gas emissions into the atmosphere at the time of burning and has the highest
energy content per unit of weight of fuel (142kJ/g). Thus the need for
exploration of gas production of hydrogen, the hydrogen gas production can be
done in various ways such as the production of hydrogen gas from waste
aluminum, hydrogen gas production through the process of electrolysis of water
as a source of energy and production of hydrogen gas from isolates of bacteria
are aerobic and Anerob.
1. Pendahuluan
Permasalahan kebutuhan energi di
Indonesia merupakan masalah yang serius dalam kehidupan manusia. Energi merupakan
komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia karena hampir semua aktivitas
kehidupan manusia sangat tergantung terhadap ketersediaan energi. Kebutuhan
energi nasional masih dipenuhi minyak bumi sekitar 53%. Cadangan minyak bumi di
Indonesia diprediksi tersisa sekitar 3,9 miliar barel. Cadangan tersebut
diperkirakan akan habis dalam 11 tahun ke depan. Penyebab masalah tersebut
dikarenakan minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui, sehingga untuk mendapatkan kembali memerlukan waktu ratusan juta
tahun lamanya. Terbentuknya minyak bumi sangat lambat, oleh karena itu
diperlukan penelitian untuk menghasilkan sumber energi alternatif. Hasil
penelitian tersebut diharapkan mampu mengatasi beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan penggunaan minyak bumi. Salah satu bentuk energi alternatif
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi adalah gas hidrogen.
Gas hidrogen tidak dapat ditambang
melainkan harus diproduksi. Alternatif tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti produksi gas hidrogen dari limbah aluminium, produksi gas hidrogen
melalui proses elektrolisis air sebagai sumber energi dan produksi gas hidrogen dari isolat bakteri aerob dan
anerob.
2. Produksi Gas Hidrogen dari Limbah Aluminium
Poduksi
gas hidrogen menggunakan katalis basa, yaitu NaOH karena NaOH memberikan tekanan akhir yang
cukup tinggi, yaitu untuk 25 mL NaOH 3 M sebesar 1169 hPa dengan waktu 259
detik. Reaksi yang berlangsung adalah:
Selanjutnya
cara untuk menghitung jumlah hidrogen yang dihasilkan adalah dengan penerapan
hukum gas kimia atau biasa disebuthukum gas ideal, yaitu :
PV = nRT…1)
dengan :
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
n = mol
R = tetapan gas universal (0,08206 L atm mol-1K-1)
T = temperatur (K)
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
n = mol
R = tetapan gas universal (0,08206 L atm mol-1K-1)
T = temperatur (K)
Penerapan
dari hukum gas ideal ini adalah dalam perhitungan gas yang dihasilkan dalam
reaksi kimia antara logam alumunium dengan air dalam larutan beralkalin
(NaOH).Jika volume tempat dan temperatur diketahui, maka hukum gas ideal dapat
digunakan untuk mengkonversi antara jumlah kimia dan tekanan. Pengukuran
tekanan dengan menghitung perbedaan tekanan awal dan akhir(ΔP). Meningkatnya
(ΔP), maka menunjukkan meningkatnya produksi hidrogen. Selanjutnya produksi
hidrogen dapat ditunjukkan oleh tekanan. Konsentrasi NaOH yang digunakan
memberikan pengaruh terhadap lamanya reaksi dan produksi hidrogen dari limbah
alumunium foil. Meningkatnya konsentrasi NaOH mempengaruhi kecepatan limbah
alumunium yang bereaksi untuk menghasilkan hidrogen. Semakin besar konsentrasi
yang dipakai maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk produksi gas
hidrogen. Sedangkan meningkatnya konsentrasi NaOH tidak berpengaruh terhadap
tekanan gas atau hidrogen yang dihasilkan.
Dihasilkan
mol hidrogen adalah sebesar 3x10-3 mol atau 3x10-6 gram hidrogen dari 0,05 gram
limbah alumunium. Jadi hasil penelitian menunjukkan bahwa, untuk menghasilkan
0,006 gram hidrogen dibutuhkan 0,05 gram alumunium.
3. Produksi Gas Hidrogen melalui Proses elektrolisis Air sebagai
Sumber Energi
Penelitian
dilakukan selama 180 menit menggunakan elektroda stainless steel pada katoda.
Dilakukan pengamatan pH dan salinitas pada masing-masing elektroda. pH
didapatkan dari masing-masing elektroda antara lain asam pada anoda dan basa
pada katoda. Ion yang menyebabkan menyebabkan sifat asam itu adalah proton (H+)
sedangkan ion hidroksida (OH-) menyebabkan sifat basa. Pada penelitian ini
didapatkan bahwa pH pada anoda yang bersifat asam disebabkan karena terjadi
persaingan dengan OH- sehingga ion Cl- bereaksi dengan air sedangkan katoda
bersifat basa karena ion Na+ mengalami persaingan dengan ion H+ sehingga ion
Na+ bereaksi dengan OH- yang mengalami oksidasi membentuk natrium hidroksida
(NaOH). Penelitian ini juga mengamati
salinitas kondisi sebelum dan sesudah proses elektrolisis, terjadi perbedaan
antara sebelum dan sesudah. Kondisi sesudah proses elektrolisis, salinitas pada
anoda lebih besar daripada salinitas pada katoda. Hal ini terjadi dikarenakan
muatan positif yang mengalir pada permukaan anoda telah menarik ion klor selama
proses elektrolisis. Dilihat dari ketiga penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbandingan yang diperoleh terhadap salinitas 0,5‰, 15‰ dan 35‰ dalam produksi
gas hidrogen, ditunjukkan bahwa gas hidrogen yang paling banyak terbentuk
adalah 35‰. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar salinitas maka produksi gas hidrogen yang terbentuk semakin
banyak, dikatakan demikian karena salinitas besar menyebabkan daya hantar larutan cepat
sehingga kekuatan untuk menarik ion dengan muatan berlawanan semakin besar. Hal
serupa juga terjadi pada variasi tegangan yang menyatakan bahwa semakin besar
tegangan maka produksi gas hidrogen yang terbentuk semakin banyak.
Variasi
tegangan juga berpengaruh terhadap perubahan kuat arus selama proses
elektrolisis. Perubahan kuat arus yang diukur adalah kuat arus yang terjadi
selama proses elektrolisis. Salinitas optimum dalam produksi gas hidrogen
adalah 35‰. Hal ini disebabkan karena terjadi proses pertukaran ion-ion dalam
larutan yang memiliki kekuatan besar untuk menarik ion muatan yang berlawanan
sehingga semakin banyak produksi gas hidrogen yang diperoleh. Pada akhir
penelitian, salinitas pada anoda memiliki nilai lebih besar dibandingkan katoda
karena terjadi gaya tarik menarik ion klor menuju anoda karena ion klor
merupakan ion negatif berlawanan dengan kutub positif.
Proses
elektrolisis dapat dilakukan untuk produksi gas hidrogen (H2) didapatkan hasil
optimum yaitu sebesar 98mL dalam waktu 3jam (180menit). Produksi gas hidrogen
hingga 98 mL pada penggunaan alat elektrolisis variasi tegangan sebesar 12
volt. Produksi gas hidrogen hingga 98 mL pada penggunaan alat elektrolisis
variasi salinitas sebesar 35 %.
4. Produksi Gasi Hidrogen dari Isolat Bakkteri Aerob dan Anerob.
Isolat
bakteri aerob dan anaerob yang akan digunakan terlebih dahulu diadaptasikan
sebanyak 3 kali pada medium limbah organik cair yang kemudian disebut sebagai
isolat kerja. Adaptasi adalah suatu cara organisme mampu merespon perubahan
lingkungannya (Anonim, 2012). Tujuan dari pengadaptasian isolat kerja ini
adalah untuk menyiapkan isolat kerja supaya mampu tumbuh selama masa inkubasi.
Proses pengadaptasian dilakukan dengan menggunakan tabung reaksi yang berisi 10
ml medium limbah organik cair aerob untuk isolat aerob dan medium limbah organik
cair anaerob untuk isolat anaerob. Kedua medium ini telah ditambahkan bahan
anorganik berupa FeCl2.7H2O. Penambahan unsur anorganik ini bertujuan untuk
meningkatkan produksi gas hidrogen (Lee et al., 2001), dapat mereduksi
asam-asam organik hasil fermentasi supaya gas hidrogen yang dihasilkan tetap
maksimal (Hawkes et al., 2002) serta sebagai kofaktor enzim hidrogenase dan
mikronutrien atau trace element yang berperan dalam pembentukan dan aktivitas
enzim hidrogenase dan ferredoksin (Setya dan Surya, 2011). Isolat bakteri aerob
yang digunakan adalah isolat bakteri A6, A27, dan A31 yang cenderung masuk ke
dalam genus Bacillus berdasarkan uji biokimia serta Escherichia coli sebagai
kontrol positif. Sumber inokulum berasal dari subkultur isolat bakteri pada medium
limbah organik padat yang berumur 24 jam. Inokulum diambil sebanyak 1 ose dan
diinokulasikan pada 10 ml medium limbah organik cair aerob dan diinkubasi
selama 24 jam (adaptasi I). Selanjutnya, pengadaptasian dilakukan kembali
dengan mengambil 1 ml dari adaptasi I dan dipindahkan pada 9 ml medium limbah
organik cair yang baru (adaptasi II) dan kemudian dengan cara yang sama untuk
adaptasi III. Setiap 24 jam, masing-masing proses adaptasi diukur
pertumbuhannya selama 3 hari. Pengadaptasian dilakukan tiap 24 jam dikarenakan
masih belum ada penelitian tentang pertumbuhan bakteri penghasil hidrogen tiap
jam, sehingga digunakan waktu secara umum bakteri mampu melakukan 1 kali siklus
pertumbuhan, yaitu selama 24 jam. Hasil pengukuran kekeruhan suspensi sel dengan
spektrofotometer pada optical density (OD) 600 nm.
Isolat bakteri aerob dan anaerob dapat memproduksi hidrogen pada kondisi terang maupun gelap. Isolat bakteri aerob A27 menghasilkan gas hidrogen tertinggi (13.690 ml) pada kondisi gelap pada hari ke-20. Isolat bakteri anaerob BT3 menghasilkan gas hidrogen tertinggi (11.268 ml) pada kondisi terang pada hari ke-20.
Isolat bakteri aerob dan anaerob dapat memproduksi hidrogen pada kondisi terang maupun gelap. Isolat bakteri aerob A27 menghasilkan gas hidrogen tertinggi (13.690 ml) pada kondisi gelap pada hari ke-20. Isolat bakteri anaerob BT3 menghasilkan gas hidrogen tertinggi (11.268 ml) pada kondisi terang pada hari ke-20.
5. Kesimpulan
Dari ketiga cara proses produksi gas
diatas proses yang paling efektif dan baik untuk digunakan adalah proses
produksi hidrogen dari limbah aluminium karena bahan bakunya merupakan limbah
aluminium. Tidak terlalu sulit untuk mencari limbah aluminium seperti di
laboratorium selalu terdapat limbah aluminium. Dengan adanya metode ini maka
limbah aluminium dapat dimimalisasi dan dimanfaatkan dengan baik. Selain itu
bahan untuk produksi gas hidroegennya pun tidak terlalu sulit yaitu hanya
memerlukan katalis basa (NaOH) dan limbah aluminium. Prosedernya pun hanya
mereaksikan limbah aluminium dan NaOH namun diperlukan storage gas hidrogen
yang benar-benar baik agar gas hidrogen yang dihasilkan dapat tertampung dalam
storage tanpa ada kebocoran. Karena apabila terjadi kebocoran dapat mengurangi
jumlah dan kualitas gas hidrogen yang didapat.
6. Daftar Pustaka
DIS, Yusraini. 2010. Produksi Gas Hidrogen
Dari LimbahAluminium. https://www.google.com/#psj=1&q=jurnal+produksi+gas+hidrogen+dari+aluminium
Andewi,
Ni Made Ayu Yasmith dan Wahyono Hadi. Produksi Gas Hidrogen melalui Proses
elektrolisis Air sebagai Sumber Energi. http://digilib.its.ac.id/public/ITS- Undergraduate-16110-3307100021-paper.pdf
Ambarningtyas,
Elita Sri dan Maya Shovitri. Produksi Gasi Hidrogen dari Isolat Bakkteri
Aerob dan Anerob. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-22141- 1508100040-Paper.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar