I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kata alumen pertama kali dinyatakan oleh Pliny dalam bukunya yang berjudul “Natural
History”. Buku ini merupakan Jilid ke-35 dan tepatnya dalam bab 15 ia
memberikan penjelasan bahwa alumen ditemukan secara alami di bumi. Ia
beranggapan bahwa alumen merupakan salah satu jenis obat-obatan dan berfungsi
dalam proses perubahan warna suatu zat. Anggapannya ini muncul ketika
melihat fakta bahwa ketika ada sumber air yang tercemar kemudian diberikan
alumen, maka air akan berubah warna yang tadinya hitam menjadi berkurang kadar
kekotorannya. Sifat yang dimiliki alumen ini kemudian menjadi solusi
untuk pencemaran besi sulfat dalam air. Namun, Pliny menganggap bahwa
larutan (kalium) tawas biasa tidak memiliki sifat ini melainkan senyawa yang
memiliki sifat koagulan tersebut adalah spesies sulfat dari besi dan aluminium.
Dengan produksi di seluruh dunia 2,9 juta ton pada tahun 1982, aluminium sulfat
adalah senyawa aluminium terpenting setelah aluminium oksida dan
hidroksida. Senyawa ini sudah tercakup dalam Non-Ferrous Metals Bref.
Para produsen yang paling penting adalah Amerika Serikat (dengan 1,1 juta ton
pada tahun 1984 atas dasar 17% Al2O), Eropa Barat (dengan 0,9 juta
ton per tahun) dan Jepang (dengan 0,8 juta ton per tahun atas dasar 14% Al2O3).
Aluminium sulfat juga merupakan bahan awal untuk senyawa aluminium lainnya.
Hingga di zaman sekarang penggunaan tawas semakin pesat digunakan untuk
kebutuhan industri maupun non industrial. Maka dari itu percobaan ini dilakukan
pembuatan tawas dari limbah alumunium foil,sehingga dapat mengurangi limbah
alumunium foil di lingkungan sekitar.
1.2 Tujuan Percobaan
Dapat mengetahui proses pembuatan tawas dari
limbah alumunium foil
II. Tinjauan Pustaka
Tawas (kalium aluminiumsulfat)
dihasilkan dengan mereaksikan logam aluminium (Al) dalam larutan basa kuat
(kalium hidroksida) akan larut membentuk aluminat menurut persamaan reaksi :
2 Al + 2 KOH + 2 H2O
2 KAlO2 + 3 H2 ………………….(1)
Kadang-kadang ditulis dalam
bentuk ion sebagai kompleks aluminat yang persamaan reaksinya :
2 Al + 2 OH- + 6
H2O
2 Al(OH)4- + 3
H2 ……………….(2)
Larutan aluminat dinetralkan
dengan asam sulfat, mula-mula terbentuk endapan berwarna putih dari alumunium
hidroksida [Al(OH)3] yang dengan penambahan asam sulfat endapan
putih semakin banyak yang jika didiamkan akan terbentuk Kristal seperti kaca
dari tawas (kalium aluminiumsulfat) atau sering disebut alum. Secara singkat
reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut :
2 KAlO2 + 2 H2O
+ H2SO4 ------>
K2SO4 + 2 Al(OH)3 …………(3)
H2SO4 +
K2SO4 + 2 Al(OH)3
-------> 2 KAl(SO4)2 +
6 H2O ……….(4)
24 H2O + 2 KAl(SO4)2
--------> 2 KAl(SO4)2.12
H2O ………………(5)
Reaksi keseluruhan :
2 Al + 2 KOH + 10 H2O
+ 4 H2SO4 ------> 2
KAl(SO4)2 +.12 H2O + 3 H2 ……….(6)
Larutan pada persamaan (2)
dopanaskan pada suhu 60-80oC untuk menguapkan airnya dan suhu
pemanasan tidak boleh lebih dari 80oC karena tawas akan larut dalam air
mendidih. Pada proses penguapan selama 10 menit dan didinginkan akan terbentuk
Kristal dari KAl(SO4)2.12 H2Oalumunium
khususnya senyawa sulfat banyak digunakan pada industry kertas. Selain itu,
tawas banyak digunakan di i ndustri–industri baik digunakan sebagai koagulan
dalam pengolahan air dan air buangan maupun penyamakan kulit dan bahan pewarna
di industri tekstil. Namun tawas natrium yang kita buat kali ini juga dapat
digunakan sebagai bahan pengembang roti. Selain itu tawas pun dapat digunakan
untuk mengentalkan lateks (getah karet yang cair) sehingga menjadi membeku.
III. Alat dan Bahan
Alat :
- Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Cawan petri
- Gelas beaker
- Corong
- Kertas saring
- Gunting
- Pipet
Bahan :
- Alumunium foil
- KOH
- H2SO4
- Etanol
- Es batu
IV. Cara Kerja
Ditimbang alumunium foil yang
telah digunting kecil sebanyak 1 gram
↓
Dimasukkan alumunium foil kedalam
Erlenmeyer berisi KOH, diamati perubahan yang terjadi
↓
Diamkan dan dinginkan larutan
kemudian disaring, filtrate ditaruh dalam Erlenmeyer
↓
Disiapkan H2SO4 dalam gelas
beaker
↓
Dimasukkan H2S04 tersebut dalam
Erlenmeyer sampe membentuk endapan putih
↓
Diamkan beberapa saat lalu saring
dengan kertas saring yang telah ditimbang
↓
Setelah filtrate terpisah, residu
pada kertas saring dicuci dengan etanol. Diulangi 2 kali
↓
Ditimbang kristal yang terbentuk
V. Pengamatan
Bobot Kertas Saring KOH
: 0,4147 gram
Bobot Kertas Saring + Tawas : 6,6278 gram
Bobot Tawas
: 6,2131
gram
VI. Pembahasan
Praktikum kali ini adalah pembuatan tawas menggunakan bahan alumunium dicampur
dengan KOH10% dan dengan NaOH 20%. Tawas adalah kelompok garam rangkap
berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorf. Tawas ini dikenal dengan nama
KAl(SO4)2.12 H2O yang dikenal banyak sebagai
koagulan didalam pengolahan air maupun limbah. Sebagai koagulan alum sulfat
sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk
koloid maupun suspensi. Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat
dari molekul air dan dua jenis garam, salah satunya biasanya Al2(SO4)3.
Alum kalium merupakan senyawa yang tidak berwarna dan mempunyai bentuk kristal
oktahedral atau kubus ketika kalium sulfat dan aluminium sulfat keduanya
dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum kalium tersebut bersifat asam. Proses
awal pembuatan tawas dilakukan dengan melarutkan potongan potongan aluminium
foil yang sudah dipotong kecil kecil dalam larutan KOH sambil dipanaskan.
Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat kelarutannya, karena semakin tinggi suhu
dan semakin luas permukaan zat maka kelarutannya semakin besar.
Pada penambahan KOH reaksi
berjalan cepat dan bersifat eksoterm karena menghasilkan kalor. Dalam reaksi
ini terbentuk gas H2 yang ditandai dengan munculnya gelembung-
gelembung gas. Gelembung-gelembung gas hilang setelah semua aluminium bereaksi.
Setelah Al larut, dihasilkan larutan berwarna hitam. Reaksi antar Al dan
KOH berlangsung melalui persamaan berikut
2Al (s) + 2KOH (aq)
+ 2H2O (l) —————->
2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)
Setelah proses pelarutan selesai,
dilakukan proses penyaringan, proses penyaringan ini bertujuan untuk menyaring
ion-ion pengganggu, dan yang tersisa hanya tinggal filtratnya. filtrat ini
kemudian diambil, dan ditetesi dengan asam sulfat 50%. Proses penambahan asam sulfat
ini dilakukan secara perlahan sambil diaduk, hal ini bertujuan agar semua Al
yang berada di dalamnya dapat bereaksi sempurna dengan pembentukan endapan yang
sempurna secara teratur. Penambahan asam sulfat secara perlahan juga bertujuan
agar dapat mengendalikan pH dengan mengecek pH setiap beberapa tetes sekali,
sehingga larutan tidak akan terlalu asam dan tidak terlalu basa, sehingga
penambahan H2SO4 dapat dihentikan tepat pada pH 1-2,
karena pada pH 1-2 terjadi pengendapan yang sempurna dan dapat mengikat kation
K+ dan Al3+. Larutan asam sulfat 50% sebelumnya
dibuat dengan cara pengenceran asam, sulfat 98%(yang tersedia di
laboratorium) yaitu dengan mencampurkan H2SO4 dan
aquades dengan perbandingan volume 1:1. Reaksi antar zat yang dihasilkan dari
reaksi antar Al dan KOH dengan asam sulfat menghasilkan endapan yang berwarna
putih.
2KAlO2 (aq) +2H2O
(l) + H2SO4(aq) ————-> K2SO4(aq)
+ Al(OH)3 (s)
Warna putih yang terbentuk
berasal dari senyawa Al(OH)3. senyawa Al(OH)3 yang
bersifat basa dicampurkan dengan asam sulfat hingga pHnya 1-2. Hal tersebut
bertujuan untuk membentuk kation-kation (K+ dan Al3+)
yang merupakan elemen elemen yang diperlukan untuk membentuk tawas.
H2SO4(aq) +
K2SO4(aq) + 2Al(OH)3 (s) ————–>
2Kal(SO4)2 (aq) + 6H2O
Larutan pH 1-2 tersebut
dipanaskan dengan suhu 60-80oC. Setelah dipanaskan dan kemudian
didinginkan terbentuklah kristal-kristal tawas. Pada percobaan ini pada saat
dipanaskan suhunya dikendalikan dengan mengukur setiap beberapa menit sekali
dengan termometer. Apabila suhunya terlalu tinggi (>80oC), maka
suhu hotplate diturunkan, kemudian sebaliknya bila suhu larutan rendah untuk
mempercepatnya maka suhu hotplate dinaikkan. Kristal-kristal tawas yang telah
didinginkan. Pada saat pendinginan ini, larutan dibiarkan diudara terbuka
hingga dingin, pada saat ini endapan yang terbentuk adalah Kal(SO4)2.12H2O.
Setelah dingin, dilakukan penyaringan dan dibilas dengan air dan alkohol, yang
bertujan untuk mencuci endapan dan membilas sisa tawas yang tersisa di
erlenmeyer serta fungsi alkoholnya untuk mempercepat penguapan larutan pencuci.
Kristal yang terbentuk kemudian disaring dan dikeringkan.Sehingga didapatkan
kristal tawas dengan berat 6,2131 gram. Pada percobaan ini tidak dilakukan
analisis titik leleh, sehingga hanya dilakukan pembuatan tawas dari aluminium
foil saja.
Sedangkan pada percobaan
pembuatan tawas dengan campuran antara aluminium foil dengan NaOH tidak
terbentuk tawas ini terjadi akibat NaOH yang digunakan merupakan NaOH yang
didapat dipasaran. Diduga NaOH ini tidak benar-benar murni sehingga tidak
terbentuk tawas.
VII. Kesimpulan
Pembuatan tawas dari limbah
alumunium foil dapat dilakukan dengan katalis KOH 10% dengan berat tawas 6,2131
gram dan Pembuatan tawas dari limbah alumunium foil tidak terbentuk dengan
katalis NaOH 20%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar