I. TUJUAN
1.
Meminimalisir
limbah alumunium foil dan kaleng untuk pembuatan tawas
2.
Menjernihkan
air dengan menggunakan tawas dan zeolit
II. LANDASAN TEORI
Tawas, di laboratorium atau dalam skala besar di pabrik, dapat dibuat dengan
bahan dasar logam aluminium. Tawas mempunyai banyak manfaat diantaranya untuk
penjernihan air, penyamak kulit, baking powder, dan alat pemadam api.
Aluminium merupakan logam yang sering kita jumpai dalam kehidupan seharihari
seperti pada kaleng minuman ringan, kaleng susu, peralatan memasak, kabel-kabel
listrik tertentu, dan lain-lain.
Tawas (Alum) adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorf. Kristal tawas ini cukup mudah
larut dalam air, dan kelarutannya berbeda-beda tergantung pada jenis logam dan
suhu.
Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari dari molekul air dan
dua jenis garam, salah satunya biasanya Al2(SO4)3.
Alum kalium, juga sering dikenal dengan alum, mempunyai rumus formula yaitu K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O.
Alum kalium merupakan senyawa yang tidak berwarna dan mempunyai bentuk kristal
oktahedral atau kubus ketika kalium sulfat dan aluminium sulfat keduanya
dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum kalium tersebut bersifat asam. Alum
kalium sangat larut dalam air panas.
Tawas telah dikenal sebagai flocculator yang berfungsi untuk menggumpalkan
kotoran-kotoran pada proses penjernihan air. Tawas sering sebagai penjernih air
,kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia
yang disebut koagulan. Pada umumnya bahan seperti Aluminium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O]
atau sering disebut alum atau tawas, fero sulfat, Poly Aluminium Chlorida (PAC)
dan poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai koagulan. Untuk menentukan
dosis yang optimal, koagulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam
proses penjernihan air, secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium
dengan menggunakan tes yang sederhana (Alearts & Santika, 1984). Prinsip
penjernihan air adalah dengan menggunakan stabilitas partikel-partikel bahan
pencemar dalam bentuk koloid.
Tawas sebagai koagulan didalam
pengolahan air maupun limbah. Sebagai koagulan alum sulfat sangat efektif untuk
mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid
maupun suspensi.
Selain menggunakan tawas, penjernihan air juga dapat dilakukan dengan
menggunakan zeolit. Zeolit merupakan mineral alumina silikat terhidrat yang
tersusun atas tetrahedral-tetrahedral alumina (AlO45-) dan silika (SiO44-) yang
membentuk struktur bermuatan negatif dan berongga terbuka/berpori. Muatan
negatif pada kerangka zeolit dinetralkan oleh kation yang terikat lemah. Selain
kation, rongga zeolit juga terisi oleh molekul air yang berkoordinasi dengan
kation.Menurut hasil-hasil penelitian terdahulu zeolit alam yang telah diaktivasi
dapat digunakan sebagai adsorben untuk menyerap beberapa jenis ion dan menyerap
zat warna karoten. Zeolit alam diaktifkan dan digunakan sebagai adsorben untuk
mengurangi bau amoniak dalam air. Tingkat keasaman (pH) dan warna limbah cair
industri kain batik besurek dapat dikurangi melalui pengolahan limbah dengan
adsorben zeolit alam yang telah diaktifkan. Pengolahan air dengan menggunakan
adsorben zeolit juga dapat mengurangi secara nyata kadar ion-ion Fe dan Mn
dalam air.
III. ALAT DAN BAHAN
a.
Alat :
1. Beaker glass
2. Corong
3. Erlenmeyer
4. Kertas Saring
b.
Bahan :
1. Air Sungai
2. FeCl 1%
3. Tawas
4. Zeolit
5. Batu bata
6. Tawas (pasar)
IV. CARA KERJA
1.
Disediakan gelas kimia yang berisi 10 mL air sungai.
2. Dimasukkan tawas sebanyak 1 gram dan 2
gram kedalam air sungai tersebut, kemudian dihomogenkan dan didiamkan.
3.
Diamati keduanya.
4.
Kemudian dibuat larutan FeCl3 1%,sebanyak 10 mL dimasukkan kedalam gelas kimia.
5.
Ditambahkan zeolit sebanyak 2 gram, dihomogenkan dan didiamkan.
6.
Dilakukan percobaan FeCl3 10 mL ditambahkan batu bata 2 gram dan tawas (pasar)
2 gram.
7.
Diamati dari ketiga percobaan tersebut.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suatu adsorbens dengan
bahan dan jenis tertentu, banyaknya gas yang dapat diserap makin besar bila
temperatur kritis semakin tinggi atau gas tersebut mudah dicairkan. Semakin
luas permukaan dari suatu adsorben yang digunakan, maka semakin banyak gas yang
dapat diserap. Luas permukaan sukar ditentukan, hingga biasanya daya serap
dihitung tiap satuan massa adsorben. Daya serap zat padat terhadap gas
tergantung dari jenis adsorben, jenis gas, luas permukaan adsorben, temperatur
dan tekanan gas.
Berdasarkan
praktikum ini, didapatkan data bahwa batu bata, zeolite, dan tawas merupakan
adsorben yang dapat memurnikan air sungai dan larutan FeCl3 dari Fe.
Dari hasil pengamatan air sungai yang semula berwarna keruh menjadi jernih baik
dengan batu bata, zeolit dan tawas, namun untuk larutan FeCl3 terlihat setelah
dilakukan penyaringan larutan FeCl3 yang semula berwarna kuning
kecoklatan, setelah ditambahkan adsorben berupa batu bata, zeolite berubah
warna menjadi bening. Hal ini dikarenakan adsorben menyerap Fe. Namun, untuk
tawas larutan tetap berwarna kuning, karena tawas bukan adsorben untuk mengikat
kation seperti kation Fe sehingga tawas dalam penjernihan larutan FeCl3 tidak
berjalan maksimal. Tingkat kemurnian larutan FeCl3 yang paling besar
berdasarkan hasil pengamatan adalah adsorben dengan menggunakan zeolite,
setelah itu batu bata dan dengan kemurnian paling kecil terdapat pada tawas.
VI. KESIMPULAN
Batubata dan
zeolit dapat digunakan untuk menjernihkan air tawas dan larutan FeCl3. Tawas
dapat digunakan untuk menjernihkan air sungai namun tidak dapat digunakan untuk
menjernihkan larutan FeCl3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar